PEMULUNG
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Zaman
sekarang ini profesi pemulung telah banyak menjadi bahan pembahasan para pakar
dari berbagai sudut pandang. Masalah pemulung bukan hanya disebabkan karena
faktor ekonomi semata, dari tinjauan sosial budaya dimana pemulung ditempatkan
sebagai objek yang hadir karena budaya kemiskinan dan telah menjadi suatu
fenomena yang paling pesat ditengah budaya hedonisme dan materialisme penduduk
perkotaan. Seorang pemulung biasanya menunjukkann bahwa kemiskinan merupakan hal
yang tak terpisahkan dari keseharian mereka. Tingginya biaya hidup dan
persaingan antar banyaknya profesi sejenis menyebabkan taraf hidup pemulung
yang jauh dari kesan layak, untuk makan sehari-hari kadang-kadang mereka pun
harus berutang. Mereka menggunakan emperan toko, gerobak ataupun lapak sebagai
tempat tinggal yang tentu rawan akan penggusuran dari pihak pemerintah yang
menganggap mereka sebgai sumber penyebab kekumuhan dan perusak ketentraman.
Selain itu pandangan masyarakat bahwa pemulung itu liar, kotor, kumal dan suka
mencuri juga menjauhkan pemulung dari warga.
Oleh karena itu pemulung harus
senantiasa tetap kreatif dalam
mengembangkan kemampuan diri mereka. Belajar dari pengalaman juga merupakan
suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi agar dapat mencapai tujuan-tujuan,
yaitu dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka. Sehingga mereka dapat bertahan
dalam menghadapi lingkungan dan kondisi social yang berubah –ubah ditengah
kemiskinan perkotaan.
1.2 Ruang lingkup
Lingkup kegiatan
Mengumpulkan
dan mengklasifikasikan data dan informasi yang berkaitan dengan
1.
Analisis
usaha pemulung dan usaha daur ulang
2.
Rumusan
model spesifik pengembangan pemulung
3.
Identifikasi
potensi usaha pemulung
4.
Identifikasi
sebaran pemulung
5.
Identifikasi
potensi dan karakteristik pemulung
6.
Identifikasi
peraturan perundang-undangan
7.
Identifikasi
potensi dan pengembangan wilayah
8.
Identifikasi
tehknologi yang dapat diterapkan dalam daur ulang
9.
Simulasi
kelompok
10. Rumusan pola
pengembangan pemulung dari aspek usaha dan kelembagaan.
Lingkup lokasi
Kajian ini memiliki
lingkup lokasi daerah dengan mengambil beberapa sample di area pemulung.
1.3 METODE PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sekaligus berfungsi
sebagai instrument utama yang terjun kelapangan serta berusaha sendiri
mengumpulkan data melalui observasi maupun wawancara dan interview secara lebih
rinci teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Observasi
(Pengamatan).
Pengamatan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistimatik gejala-gejala yang diselidiki.
2. Metode Interview
Metode ini disebut juga dengan metode wawancara, yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui Tanya jawab secara langsung dengan sumber data/objek.
3. Metode Dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif terdapat sumber data yang berasal dari bukan manusia seperti dokumen,foto-foto,video dan bahan statistic.
Metode dokumentasi ini merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang paling mudah, karena peneliti hanya mengamati benda mati dan apabila mengalami kekeliruan mudah untuk merevisinya karena sumber datanya tetap dan tidak berubah.
1.4 MAKSUD DAN TUJUAN
Dengan
mempertimbangkan paparan mengenai pemulung di atas, study ini
menempatkan
pemulung sebagai subjek,orang miskin maupun orang
tidak
miskin sama-sama memiliki kapasitas dan potensi untuk mengembangkan
taktik-taktik
kreatif
maupun manipulatif dalam menghadapi kondisinya sehingga batas-batas antara
pemulung
dan orang lain menjadi baur. Hal ini jelas berbeda dengan cara pandang
yang
memotret golongan miskin sebagai orang yang tidak berdaya dan lemah, karena
mereka
memiliki kebudayaan kemiskinan. Hal tersebut juga berbeda dengan penggambaran
orang
miskin sebagai orang yang tidak berdaya dan lemah karena mereka terkungkung
dan
terkurung oleh kendala-kendala struktural yang datang dari luar diri mereka.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian manusia pemulung ini bersifat empiris dan teoritis.
Secara empiris,
Penelitian ini ditujukan untuk merekam
gambaran kehidupan suatu golongan masyarakat miskin di perkotaan, yaitu
pemulung. Rekaman etnografis diarahkan pada pandangan mereka
mengenai
kemiskinan dan cara-cara mereka dalam mempertahankan hidup di perkotaan.
Secara
teoritis, penelitian ini mencoba menerapkan satu perspektif antropologis
mengenai
bagaimana
pemulung memposisikan diri mereka
sebagai subjek aktif bukan posisi
objek
sebagaimana ditekankan dalam pendekatan kebudayaan kemiskinan dan
struktural–dalam melakukan
tindakan-tindakan strategis untuk mempertahankan hi
1.5 PERUMUSAN MASALAH
MASALAH PENELITIAN
Seperti telah dikemukakan bahwa pada
dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang
antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap
penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti
dinyatkan Emory (1985) bahwa, penelitian murni maupun terapan, semuanya
berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat
digunakan untuk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah,
walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang
paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1998). Bila dalam penelitian
telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya
pekerjaan penelitian itu sudah 50% selesai. Oleh karena itu menemukan masalah
dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah
dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.
Sumber Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa
yang benar-benar terjadi, antara teori dan praktek, antara aturan dengan
pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan
bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan
dengan kenyataan, adanya pengaduan dan adanya kompetisi.
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data.
Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM, harus ditunjukan dengan
data. Masalah SDM misalnya, berapa jumlah SDM yang terbatas, jenjang pendidikan
yang rendah, kempetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat
diperoleh dari hasil pengamatat pendahuluan terhadap hasil penelitian orang
lain, atau dari dokumentasi.Data yang harus diberikan harus up to date,lengkap
dan akurat.Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel
penelitian yang ditetapkan untuk diteliti.Kalau penelitian berkenaan dengan 5
variabel,maka data masalah yang dikemukakan minimal 5.Tanpa menunjukkan data
maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.
Bagi
sebagian besar peneliti, upaya penetapan masalah penelitian bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah. Beberapa peneliti, berdasarkan pengalaman mereka,
menghabiskan beberapa hari atau bahkan minggu atau bulan untuk memikirkan
masalah yang akan ditelitinya. Mengapa masalah penelitian tidak mudah
ditemukan?. Pertama, karena masalah yang dipilih oleh peneliti seyogianya mampu
memotivasi peneliti untuk bekerja keras dan penuh semangat. Kedua, masalah yang
akan diteliti tidak hanya menarik bagi dirinya sendiri, melainkan juga bisa
memperoleh penghargaan dari pihak lain. Ketiga, informasi atau data yang
berkaitkan dengan masalah tersebut bisa harus diperoleh. Keempat, peneliti
harus yakin bahwa dia mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis
data yang berkaitan dengan masalah yang dipilihnya.
Masalah, dalam bahasa sehari-hari dan juga dalam konteks penelitian dapat
diartikan banyak. Pertama, kita mengatakan sesuatu hal adalah masalah jika hal
tadi bersifat negatif. Sakit, lapar, rugi, kualitas buruk, kinerja tidak sesuai
harapan, target tidak tercapai, dan lain sebagainya. Jadi jika seseorang
ditanya “Ada masalah?”, dan jawabnya “tidak”, maka dia merasa tidak ada hal
yang dianggapnya negatif. Kedua, masalah tidak selalu harus berarti yang
“something wrong”, yang perlu segera ditanggulangi. Masalah dalam penelitian
dapat saja “sekedar” berupa hal yang menarik untuk diteliti bukan karena
“keburukannya”, tetapi justru karena “kebaikannya”, “kehebatannya”, atau
“keunikannya”. Misalnya saja, ada sebuah organisasi yang menerapkan suatu
sistem kerja baru yang berhasil meningkatkan kinerja organisasi tersebut, oleh
karena itu sistem kerja baru tersebut menarik untuk diteliti, dan hal tersebut
dapat dijadikan sebagai masalah penelitian. Ketiga, masalah juga kadang
diartikan sebagai topik atau isu suatu diskusi atau pembicaraan. Misalnya,
tidak jarang kita mendengar orang berkata : “Masalah yang akan dibicarakan
minggu depan adalah teknik memasak ikan”. Keempat, masalah juga banyak
dimaknakan sebagai suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Jika
seharusnya (harapan) pegawai masuk pukul 07.00 wib., namun kenyataannya
sebagian besar mereka masuk pukul 08.00, maka di dalamnya ada masalah.
Namun apa pun pengertian tentang masalah dalam penelitian, pada akhirnya pengertian
tentang hal itu bermuara pada konsensus bahwa “apa pun yang ingin diketahui”
oleh peneliti, itulah masalah penelitian. Peneliti perlu pula mampu membedakan
antara simptom (symptom) dengan masalah. Misalnya, seorang manajer telah
berupaya meningkatkan produktivitas dengan cara memperbesar upah perpotong
produk yang dihasilkan, namun upaya tersebut kurang berhasil. Apa yang terjadi
tersebut walau sudah menunjukan adanya masalah, namun bukan merupakan masalah
yang sesungguhnya, melainkan merupakan “symptom” (tanda-tanda sesuatu sedang
dalam kondisi buruk). Masalah yang seharusnya diteliti adalah faktor-faktor
yang memang dianggap sebagai penyebab munculnya simptom tadi. Misalnya saja
motivasi kerja, ketrampilan kerja, atau hal lainnya.
Sumber masalah
Kadang kita bertanya pada diri kita sendiri :” Di mana saya bisa menemukan
masalah yang sekiranya pantas untuk diteliti?” Ada beberapa tempat yang dapat
dijadikan sebagai sumber masalah. Pertama adalah dari teori. Seperti yang
dikemukakan oleh Kerlinger (1973) : “Teori adalah seperangkat konstruk atau
konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan satu sama lain, yang
mampu mewakili pandangan yang sistematik tentang suatu gejala (phenomena)
dengan cara menspesifikasikan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut”
Banyak teori yang relevan dalam bidang administrasi atau manajemen, misalnya
teori motivasi dan kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, struktur
organisasi, budaya organisasi, dan teori-teori lainnya. Dari dalamnya dapat
ditarik satu topik yang bisa dijadikan sebagai masalah penelitian. Teori adalah
teori, bukan wadah dari kumpulan fakta. Artinya dalam teori terdapat
generalisasi dan prinsip-prinsip yang dihipotesiskan yang perlu dibuktikan kebenarannya
melalui penelitian ilmiah. Benarkah motivasi berkorelasi positif dengan
kinerja?, benarkah perilaku yang diinginkan dapat muncul melalui penerapan
“reward and punishment”?, benarkah gaya kepemimpinan partisipatif lebih efektif
dibandingkan dengan gaya otoriter?.
Sumber lain yang juga bermanfaat adalah berasal dari pengalaman pribadi
peneliti. Misalnya, seorang mahasiswa seringkali mengalami hambatan ketika
harus berurusan dengan pegawai-pegawai dari sebuah instansi. Jarang sekali
urusan yang diselesaikan oleh instansi tersebut tepat waktu. Kejadian tersebut
(simptom) dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk menetapkan masalah
penelitiannya. Jadi pengalaman-pengalaman praktis dapat juga merupakan sumber
masalah penelitian.
Sumber masalah lainnya adalah literatur atau bahan-bahan bacaan ilmiah atau pun
populer. Jurnal-jurnal, majalah, koran, atau bahkan laporan-laporan penelitian.
Melalui informasi-informasi yang ditulis di media-media tertsebut, peneliti
bisa menemukan sesuatu hal yang mungkin menarik untuk ditelitinya.
Peneliti juga dapat menemukan masalah melalui interaksi dengan orang lain.
Berbicang-bincang dengan pimpinan suatu organisasi, dengan pegawainya, dengan
pengguna jasa organisasi tersebut. Penelitian tentang kepuasan pegawai, kepuasan
pelanggan, dan komitmen organisasional, biasanya diawali dengan obrolan-obrolan
santai, tanpa disengaja.
Mendefinisikan masalah.
Definisi masalah atau pernyataan masalah (problem statement) pada dasarnya
merupakan pernyataan yang mampu menggambarkan sesuatu yang ingin diketahui oleh
peneliti, dan melalui penelitiannya dia akan memperoleh jawabannya. Karena
merupakan suatu keingin-tahuan, maka umumnya definisi masalah penelitian
berbentuk kalimat tanya.
Berdasarkan
pemahaman di atas maka dapat diajukan perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik pemulung?
2. Bagaimanakah karakteristik kerja pemulung?
3. Bagaimanakah bentuk hubungan sosial antar pemulung itu
sendiri, antara pemulung
dengan lapaknya,
masyarakat sekitar, dan pemerintah setempat?
4. Bagaimanakah hubungan antara karakteristik pemulung
dengan karakteristik kerja
dan hubungan sosial
pemulung serta hubungan karakteristik kerja dengan hubungan
sosial pemulung?
5. Bagaimanakah keadaan kesejahteraan
pemulung?
BAB II
PEMBAHASAN
Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu
untuk proses daur ulang. Pekerjaan pemulung sering dianggap memiliki
konotasi negatif.
Ada dua jenis pemulung : pemulung lepas yang bekerja sebagai swausaha,
dan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan
uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari
pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar. Tidak
jarang bandar memberi pemondokan kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang
didiami bandar, atau di mana terletak tempat penampungan barangnya.Pemulung
merupakan mata rantai pertama dari industri daur ulang.
2.1 PENGENALAN DIRI SENDIRI
Mengenl diri sendiri merupakan langkah baik dan
pertama dalam usaha membangun relasi yang baik dengan diri sendiri.Mengenal
diri berarti :Memahami kekhasan fisik,kepribadian,watak dan
tempramennya,mengenal bakat-bakat alamiah yang dimilikinya serta punya gambaran
atau konsep yang jelas tentang diri sendiri dengan segala kekuatan dan
kelemahannya.Dengan mengenal dir sendiri,seseorang dapat mengenal kenyataan
dirinya,dan sekaligus kemungkinan-kemungkinan,serta (diharapkan) mengetahui
peran apa yang harus dia mainkan untuk mewujudkannya.Ada beberapa cara untuk
mengenal diri sendiri yaitu:
·
Melalui
sejarah perkembangan diri
·
Melalui
penelusuran bakat dan kepribadian
·
Melalui
pengalaman sehri-hari
·
Melalui
kebersamaan dengan orang lain
·
Melalui
kaca mata orang lain
·
Melalui
refleksi Pribadi
Adapun manfaat dan tujuan mengenal diri adalah
1.
Seseorang
dapat mengenal kenyataan dirinya dan sekaligus kemungkinan-kemungkianan,serta
(diharapkanmengetahui peran apa yang harus dia mainkan untuk mewujudkannya..
2.
Sebaliknya
orang yang tidak mengenal dirinya,tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan
dan dikembangkannya.
3.
Tidak
memahami posisi diri akan membuatnya sulit mengarahkan diri kepada tujuan sulit
mengarahkan diri kepada tujuan hidupnya,sehhingga gagal dalam pergaulan
hidupnya.
Mengenal Pemulung
Topik
seorang pemulung dikawasan Tangerang beberapa waktu lalu di area pemulungan,mereka
mengenalkan diri dengan lantang apa yang selama ini dikerjakan bersama
kawan-kawannya.Dengan modal keyakinan Topik merantau ke kota Tangerang bersama
temannya.Hanya berbekal lulusan SD mereka datang ke kota.Setelah sekian lama
kesana kemari mencari pekerjaan tidak kunjung diterima untuk bekerja.Pada
akhirnya Topik diajak seorang teman
untuk ikut bekerja,Dengan kegiatan sehari-harinya memunggut barang-barang bekas
di tempat bak sampah dan jalanan.
Bapak Rusdani seorang pemilik lapak
sekaligus supplier barang-barang bekas dari pemulung.beliau mengijinkan
observasi dan menceritakan kepada kami,tidak dapat mengetahui dengan jelas mulai kapan para pemulung berada
di kota Tangerang. Merujuk kepada Jellinek (1994),kegiatan mendaur ulang
gelas,kertas,kardus,besi,kaleng dan onderdil mobil sudah ada sejak 1950-an.
Tarjono,seorang pemulung yang telah bergelut dengan barang-barang bekas selama
sekitar duabelas tahunan,menuturkan bahwa kehadiran pemulung telah lama di
sekitar Tangerang.Ia sendiri tak tahu mulai kapan,namun yang jelas sebelum ia
menjadi pemulung,sudah ada pemulung duluan.Menurut Tarjono,sekitar duabelas
tahun yang lalu pemulung masih sangat sedikit,tidak seperti sekarang ini yang
semakin bertambah jumlahnya.Mungkin karena zaman sekarang ini sangat susah
mencari pekerjaan yang layak.Ia menuturkan di kalangan pemulung,ada pembedaan
sebutan bagi pemulung yang tinggal di jalan,pemulung yang tinggal di rumah
kontrakan dan pemulung yang membeli barang bekas.Pemulung yang tinggal di jalan
dan menjadikan gerobak sebagai rumahnya menyebut dirinya sebagai
gembel,sementara pemulung yang tinggal di sebuah rumah,dalam hal ini termasuk
juga yang tinggal di lapak,disebut sebagai pemulung kampung dan pemulung yang
mencari barang bekas dengan membeli dikenal sebagai cinlong.Memulung memiliki
risiko kerugian yang relatif kecil.Rugi adalah kondisi terjadinya defisit dari modal
awal yang dikucurkan.Bagi pemulung,kondisi merugi merupakan suatu pengalaman
yang menakutkan,apalagi jika kerugian tersebut terjadi secara terus-menerus.Keadaan
merugi memang dapat menimpa siapa saja dan dipengaruhi oleh beragam
faktor.Namun,tetap saja secara ekonomi menjauhi kerugian merupakan sebuah kewajaran.Pengalaman
pak Tarjono menunjukkan bahwa pilihan menjadi pemulung bukan disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk melakukan pekerjaan lain,melainkan karena mereka
menganggap memulung sebagai pekerjaan yang tidak berisiko rugi dan memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada mereka.Rugi yang mereka maksudkan adalah rugi
secara materi (digaruk,tidak laku,digusur) dan nonmateri dalam bentuk keadaan
di bawah kekuasaan orang lain.Memulung memang bukan pekerjaan tanpa risiko,termasuk
kerugian. Menurut penuturan beberapa pemulung lainnya,kerugian yang mereka
alami tidak sama dengan kerugian pada pekerjaan
mereka
sebelumnya.
Tempat Tinggal
Bagi pemulung,lokasi
merupakan kebutuhan penting sebagai bagian dari tempat tinggal,meski lokasi tersebut
bersifat sementara saja dengan kata lain,mereka dapat pindah kapan saja.Lokasi
bagi pemulung bermakna alamat,selain juga dapat diartikan sebagai pangkalan,seperti
stasiun atau terminal bus.Ke arah manapun mereka mengembara,mereka akan kembali
ke lokasi yang dipilih sebagai tempat tinggal, selama lokasi tersebut masih dianggap
tepat aman.Keragaman sudut kota menjadikansi pemulung memiliki cukup banyak pilihan
dalam menentukan lokasi.Melalui serangkaian pertimbangan,pada gilirannya
pemulung akan memilih lokasi yang dianggap tepat.Beruntung pak Tarjono memiliki
seorang bos yang menyediakan tempat tinggal didalam lapaknya…
Area memulung
Pekerjaan
sehari-hari pemulung adalah memulung, yakni mengumpulkan barang bekas untuk dijual
atau dimanfaatkan sendiri.Bagi pemulung tidak ada target lokasi utama sebab
barang bekas bisa didapatkan di mana saja.Memang ada sebagian pemulung yang
hanya memilih satu lokasi tertentu,tetapi kebanyakan dari mereka tidak
menggantungkan diri pada satu lokasi saja.Lokasi-lokasi yang dituju terkadang
dekat, namun tak jarang lokasi target terletak relatif jauh dari tempat tinggal
mereka.Dalam sehari pemulung dapat berjalan kaki menempuh perjalanan puluhan
kilometer,sebuah pengembaraan yang tak banyak dilakukan oleh warga lain dengan
kekuatan kakinya.Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,kami telah
mengidentifikasi lokasi kerja pak Jon,Dengan area yang sudah dibagi atau
wilayah operasi memulung.Biasany pak jon panggilannya beroperasi di wilayah Permukiman
warga Kreceng dan wilyah Cibodas.Permukiman warga merupakan tujuan strategis dalam
mengumpulkan barang-barang bekas.Permukiman yang dijelajahi meliputi permukiman
kampung maupun kompleks perumahan.Di kampung,pak jon menyusuri gang dan lorong,serta
bak sampah untuk mencari barang bekas yang dibuang,sementara di kompleks
perumahan,tempat tujuan pak jon adalah bak-bak sampah di depan setiap rumah
warga setempat.Kebanyakan warga kompleks perumahan dianggap sebagai warga kaya
yang tidak peduli dengan barang bekas.Namun,tidak semua kompleks perumahan
dapat dimasuki oleh pemulung dengan mudah.Karena sesuai
pembagian area itu setiap pemulung yang lain tidak boleh melanggarnya,karena
juga akan minimbulkan konflik internal pemulung.Selain itu juga pihak keamanan
komplek melarang masuk.
Kesehariannya
Menjelang subuh,pada saat warga kebanyakan
masih dibuai mimpi,pak jon telah
mempersiapkan
diri untuk menjalankan rutinitas kesehariannya.Biasanya pak jon memulai
aktivitasnya menjelang pukul 06.00.Pilihan waktu tersebut
didasarkan pada kebiasaan warga masyarakat dalam membuang sampah.Di antara
pemulung,ada yang memulai aktivitasnya sejak pukul 05.00.Mereka yang keluar memulung
lebih siang dan terkadang didahului oleh pemulung lainnya,akan merasa aman dalam
bekerja,yaitu aman dari prasangka dan tuduhan mencuri yang seringkali dialamatkan
oleh warga masyarakat pemukiman kepada para pemulung.Pak Jon memulung dengan menyisir
jalanan dengan beralaskan sandal jepit,bahkan terkadang tanpa alas kaki sama
sekali.Berjalan melalui jalan masuk gang lalu masuk ke permukiman
warga,kemudian
keluar ke jalan lagi.Sesekali mereka berhenti dan mengorek-ngorek
tempat sampah
dengan gancu atau tangan untuk mengumpulkan barang-barang bekas. Memulung dilakukan
terkadang bersama seluruh atau sebagian kawa-kawan pemulung,atau
sendiri-sendiri.Pada saat memulung,tidak semua pemulung membawa
gerobaknya.Gerobak
yang tidak digunakan biasanya dititipkan di warung atau tempat yang mereka
percayai.Tetapi beda dengan pak jon dalam kondisi seperti itu,biasanya memakai
karung goni atau karung plastik sebagai tempat untuk menampung hasil
memulungnya.Pemulung telah memiliki lokasi-lokasi tertentu yang dituju sebagai
daerah operasi rutin.Mereka paham ke mana mereka harus membawa karungnya, meski
terkadang mereka hanya mengikuti perasaan mereka saja bahwa di suatu tempat ada
banyak barang bekas yang mereka butuhkan.Lokasi-lokasi yang dianggap wilayahnya
senantiasa dikunjungi setiap saat dari berbagai arah,misalnya dari depan atau
dari belakang.Selama tiga setengah jam,lebih dari 6 km perjalanan telah pak jon
tempuh.Berdasarkan wawancara kami,sejak pukul 04.30 sampai pukul 07.00,pak jon
telah mengais-ngais 25 buah bak sampah di pinggir jalan,wilayah Kreceng,dan
Cibodas,lebih dari 154 bak sampah permukiman, dan 5 buah penampungan (sampah)
di 17 rukun warga.Untuk menjual barang-barang bekas hasil dari memulung tidak selalu
dilakukan pada sore hari.Beberapa pemulung kadang-kadang menjual barang bekasnya
pada pagi hari,antara pukul 07.00 dan pukul 10.00.Waktu untuk menjual barang
bekas dipilih berdasarkan jumlah barang bekas yang diperoleh.Jika mereka
mendapatkan banyak barang-barang bekas dan waktunya masih memungkinkan untuk
menjualnya pada hari itu juga,mereka akan langsung menjualnya.Namun,jika barang-barang
bekas yang diperoleh tidak banyak,biasanya mereka akan menyimpannya dan
kemudian akan ditambah pada hari-hari berikutnya.Mereka kadang-kadang harus menunggu
sampai dua hari lamanya.Ada pula sebagian pemulung yang tetap akan menjual barang-barang
bekasnya secara harian,berapapun barang-barang bekas yang mereka dapatkan,untuk
memenuhi kebutuhan makan dan minum sehari-hari mereka.Pendapatan pemulung tidak
menentu karena hal ini tergantung pada jenis barang yang dijual.Seperti pak jon
misalnya kadang-kadang pendapatan yang diperoleh bisa mencapai Rp50.000,00-Rp75.000,00 per satu kali menjual,namun di lain waktu
pendapatannya bisa hanya mencapai Rp25.000 per satu kali menjual.Oleh karena
itu,bagi pak jon dengan pendapatan seperti itu tidaklah cukup untuk memenuhi
kebutuhan kesehariannya dan terkadang harus menutupinya dengan cara berhutang
kepada pemilik lapak.
2.2 MENERIMA DIRI
Menerima adalah Suatu sikap memandang diri
sendiri sebagaimana adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa
senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya.
Menerima diri
sendiri memerlukan kemauan dan kesadaran untuk meliahat fakta-fakta yang ada
pada diri sendiri,baik secarra fisik atau spikis,menyangkut berbagai kekurangan
dan ketidaksempurnaan yang ada,menerimanya secara total tanpa kekecewaan.Pernyatan
ini tidak dimaksudkan untuk mengeluh bahwa kita tidak perlu memiliki kemauan
untuk melakukan perubahan atau perbaikan,berlaku pasif dan pasrah menerima
nasib.Yang dimaksudkan adalah menerima diri harus dianggap sebagai suatu pra
kondisi menuju perubahan demi kebaikan lebih lanjut dari diri sendiri.
Manfaat menerima
diri sendiri
1.
Jika
kita menerima diri apa adanya,kita merasa senang terhadap diri sendiri,kita
merasa sehat,lebih semangat dan seperti tidak banyak masalah.
2.
Dengan
menerima diri sendiri,kita merasa diri ini berharga,merasa sejajar dengan orang
lain,karena kita menyadari bahwa di smaping
ada kekurangan-kekuranga juga memiliki kelebihan-kelebihan.
3.
Menerima
dir sendiri berarti menerima kelebihan dan kekurangan kita,namun kekuranga itu
bukan sebagai penghalang untuk maju.
4.
Denga
menerima diri sendiri berarti kita telah membangun sikap positif terhadap diri
sendiri,memaafkan diri sendir jika melakukan kesalahan yang serius.
5.
Jika
mampu menerima diri sendiri,kit akan mampu menerima orang lain,bagaimana kita
mengharapkan orang lain menerima diri kita kalau kita sendir tidak menerimanya.
Cara menerima diri sendiri
Mungkin ada
orang yang sangat mudah dapat menerima diri sendiri dan ada juga yang susah
menerima diri sendiri,bahkan tidak berhasil menerima diri sendiri teutama bila
mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap dirir sendiri.Berikut ini ada
beberapa cara yang dapat menolong untuk dapat menerima diri sendiri:
Selalu mensyukuri nikmat apa yang telah
dimiliki.
Dengan mengcap
syukur focus kita bukan pada apa yang belum kita terima,melainkan pada apa yang
sudah kita terima dalam hidup kita.Dengan itu juga kita tidak memusatkan
perhatian tentang mengapa kita memiliki kelemahan,melainkan bagaimana kita
dapat mengatasi kelemahan secara tetap.
1.
Janagan
selalu mengekritik diri sendiri.
Kita
semua mempunyai kesalahan-kesalahan tetapi tidak perlu selalu membicarakan
kesalahan itu,bicarakan hal yang baik-baik saja tentang diri sendiri.ketika
melakukan kesalahan berkatalah”Aku melakukan kesalahan” dan bukan “Akulah
sumber kesalahan”.
2.
Terima
pujian.
Ketika
seseorang memuji kita,perlakukan itu sebagai hadiah dan berikan pujian kembali
namun tidak boleh berlebihan serta harus mengandung unsur kebenaran.
3.
Luangkan
waktu untuk bersama orang-orang positif.
Jika
keluarga tidak mendukung,tidak senang kurang bahagia,maka cari teman-teman yang
mendukung dan dapat dipercaya.
4.
Tanamkan
dalam pikiran bahwa kita akan berhasildan bahagia.
Tindakan
ini akan membantu kita percaya diri dan ini disebut hokum pikiran.Apapun yang
kita pikirkan kita akan menjadi seperti yang kita pikirkan.
5.
Membaca
buku-buku pengembangan pribadi.
Karena
pengembangan pribadi adalah proses seumur hidup.Di samping itu kita harus
selektif untuk memilih buku-buku bacaan yang bermutu yang dapat menolong upaya pengembangan pribadi.
6.
Kita
harus berusaha menggali potesi yang terbaik dari diri kita dengan senantiasa
belajar dan meningkatkan kemampuan diri,memanfaatkan kesempatan serta peluang
yang ada.
Dari semua objek
yg telah kami riset,kami menarik kesimpulan bahwa para pemulung dapat menerima
keadaan mereka yang berprofesi sbg pemulung,mereka mengerjakan pekerjaannya
dengan senang hati dan tidak pernah mengeluhkan ataupun menyesali keadaan
mereka saat ini.tapi meskipun mereka menerima keadaan mereka saat ini mereka
juga memiliki harapan-harapan untuk para anggota keluarga mereka.Pak Topik
misalnya beliau menginginkan kehidupan keluarganya lebih layak dari saat
ini,beliau juga menginginkan agar anaknya memiliki pendidikan yang layak agar
tidak berakhir sebagai pemulung seperti dirinya.
Pun demikian
dengan Pak Mansur,dia sedang mengenakan sepotong baju hangat (sweater) dan terbatuk-batuk.Mansur
mengaku dirinya sedang demam; suhu badannya naik turun selama tiga
hari.Menurutnya,dia sudah batuk selama lima hari dan belum juga
sembuh-sembuh.Namun,Mansur tidak pergi berobat ke puskesmas atau
dokter.Bahkan,Masnsur tetap bekerja mengumpulkan barang-barang bekas.Beliau
melakukan hal tersebut agar tetap dapat bertahan hidup dan dengan harapan agar
kehidupan keluarganya menjadi lebih baik.
2.3 MENGEMBANGKAN DIRI
Arti
mengembangkan diri adalah:
Suatu usaha
sengaja dan terus menerus,tanpa henti,yang dilakukan dengan berbagai cara dan
bentuk,untuk membuat daya-potensi diri (jasmani rohani) dapat terwujud secara
baik dan optimal,yang menghantar seseorang pada taraf kedewasaan
sesungguhnya.Usaha besar ini merupakan konsekuensi dari kedudukannya sebagai
manusia yang diberi akal budi.
Tujuan yang
ingin dicapai dengan usaha pengembangan diri ini adalah:
Realisasi
optimal ke arah yang baik dari daya potensi yang dimiliki diri sendiri, (jasmani
rohani), yang menghantar seseorang pada tingkat matang dewasa,yang membuat dia sanggup
membangun relasi yang semakin baik dengan dirinya,dunia, sesama dan Tuhan.
Usaha ini
melibatkan diri manusia sepenuhnya dan menggunakan daya dukung yang tersedia
baginya.
Cara
Mengembangkan Diri
1.
Mengenal
dan menerima diri.
Cara
untuk mengembangkan diri sendiri adalah dengan berrusaha “mengenal diri sendiri
lalu menerimanya”.Dalam penerimaan diri,kita diberi pemahaman memadai tentang
keadaan diri kita yang sebenarnya beserta daya potensi yang kita miliki.Dalam
penerimaan diri,kita diberi rasa bangga dan optimis tentang diri kita.Mengenal
dan menerima diri,membuka pintu bagi usaha mengembangkan diri sendiri.
2.
Memiliki
kemauan kuat untuk mengembangkan diri.
Usaha
yang disengaja,yang berlangsung tanpa henti.Hal ini tentu tidak mungkin
terlaksana tanpa kemauan dan motivasisebagai penggerak.Usaha mengembangkan diri
tentu mempunyai banyak tantangan dan tanpa kemauaan yang keras,maka tantangan
sedikit saja dapat mematahkan semangat seseorang.Kemauaan keras tampak
dalam”kegiggihanseseorang mengatasi tantangan-tantangan”yang dapat dihadapinya
dalam rangka mengembangkan diri.
3.
Memanfaatkan
kemungkinan yang terbuka.
Ada
beberapa macam kemungkinan fasilitas yang terbuka bagi usaha-usaha
mengembangkan diri sendiri,termasuk kesediaan mencari dan menggunakan dukungan
dari orang atau pihak lain.
4.
Belajar
dari kesalahan.
Dalam
mengembangkan diri sebaiknya disertai tindakan korektif yakni perbaikan terus
menerus,yang kadang kala disertai tuntutan berat,seperti hukuman.Pengalaman
masa lalu terutama kegagalan merupakan masukan berharga untuk kemajuan
berikutnya.Koreksi ini dapat kita lakukan sendiri dan juga dengan bantuan orang lain untuk menerima
kritik dan meresponnya secara positif.
Hal-hal penting
yang perlu dikembangkan sebagai bentuk konkrit pengembangan diri sendiri
adalah:
1. Mental yang
sehat
2. Integritas
diri
3. Mandiri,
kreatif, dan inovatif
4. Motivasi diri
Dari keempat aspek di atas,merupakan
satu rangkaian terpadu yang saling mendukung dan saling melengkapi.
Mengembangkan
diri pemulung
Kebudayaan
kemiskinan mencirikan golongan miskin pada pemulung sebagai golongan yang
terpinggirkan dan tidak terintegrasi dalam kehidupan masyarakat luas sehingga
kecil kemungkinannya individu atau klompok pemulung dapat berpartisipasi secara
efektif dalam lingkup ekonomi yang lebih besar lalu hal ini mengakibatkan sikap
eksklusif individu.manusia pemulung di halkan pada berbagai persoalan
seperti,pemenuhan kebutuhan hidup,persoalan tempat tinggal maupun persoalan
terkait upaya mengembangkan kehidupan para pemulung yaitu dengan usaha untuk
mempertahankan hidup di kota.menyadari kenyataan ini,yaitu bahwa tidak ada yang
dapat menjamin kelangsungan hidup mereka kecuali mereka sendiri dengan demikian
mereka mulai mengembangkan diri dengan taktik Membangun Hubungan Sosial dengan
pihak lain.Hubungan yang dimaksud adalah jaringan yang bersifat
informal.diperlukan agar kepentingan-kepentingan mereka dapat terpenuhi dan
mereka dapat memperoleh sumber daya social-ekonomi dan mengatasi berbagai
kesulitan yang ada diperkotaan.
Dalam
hubungan-hubungan tersebut terdapat beberapa kategori yaitu,hubungan
vertikal,hubungan horizontal dan hubungan adaptif;
Hubungan
vertikal adalah hubungan antara status yang tidak simetris seperti atasan dan
bawahan.hubungan horizontal adalah hubungan yang melibatkan status
sosial-ekonomi yang relatif sama dalam arti sumber daya yang diperoleh dan
sumber daya yang dipertukarkan.sedangkan hubungan adabtif adalah hubungan yang
di dasarkan atas cara mereka dapat beradaptasi dalam lingkup kehidupan
mereka.selain itu hubungan-hubungan sosial lainnya dapat dilakukan juga dengan
pemerintah agar pemerintah dapat menyediakan tempat-tempat yang layak huni bagi
para pemulung dengan demikian dapat dengan mudah Membangun dan Mengembangkan
kehidupan dalam diri para pemulung.serta memberikan keuntungan yang positif bagi kehidupan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Hikmah dari seorang pemulung
pernahkah anda melihat tulisan seperti itu saat memasuki
kampung kampung? apa yang ada di benak anda saat itu, merasa kasihan?/ nanti
dulu! lihatlah lebih seksama dan pahami secara lebih mendalam dari tuisan
tersebut. justru tulisan tersebut mengajak para pemulung untuk lebih kreative,,
karena banyak yang berfikir negatif terhadap para pemulung. buktinya sekarang
banya para pemulung yang tak lagi memulung barang-barang bekas dengan berjalan
kaki. mereka menyewa mobil menggunakan pengeras suara memutar musik dan
berorasi kekampung-kampung untuk mencari barang bekas.. apa hasilnya..... para
warga berdatangan dan melego barang bekasnya tanpa ada satupun yang mengusir
mereka.. subhanallah..
belajarlah...
karena belajar itu tak hanya di bangku sekolah. kita dapat belajar dari
pemulung, karena sesungguhnya para pemulung itu orang yang jujur dalam
berprofesi tidak doble fungsi <sambil mencuri> mereka lebih menang secara
kreatif daripada seorang koruptor. tubuh mereka kotor namun mereka bukan
koruptor.
coba
kita renungkan pemulung itu mampu memilah terbaik dari yang terburuk. bahkan
membuang yang terburuk dari yang buruk-buruk. ia mengambil yang paling baik dan
paling bermanfaat. bersyukur,, masih ada yang bisa dimanfaatkan.
lain
halnya dengan koruptor mereka justru merusak hartanya yang sebenarnya halal,
mencampur adukkan dengan yang haram. ia tidak bersyukur dengan apa yang
didapatnya justru merusaknya. korupsi bisa dilakukab oleh para pejabat ataupun
orang biasa.
kawan-kawanku
jangan pernah malu untuk belajar dari orang-orang yang luar biasa. mau untuk
mendengarkan mengumpulkan data dan informasi, memilah lalu memilih yang
terbaik. "...yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling
baik di antaranya." kebiasaan berfikir menang bisa dimulai dengan
menggali hikmah dari siapa saja termasuk dari para pemulung. mendengarkan untuk
diikuti. menyimak hadits dan sejarah nabi untuk diteladani. menyingkap kearifan
sosial untuk mendewasakan diri. jangan pernah merasa pintar karena
"kebodohan
yang paling besar adalah tatkala manusia telah dipenjara oleh pikirannya
sendiri hingga ia menganggap bahwa apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang
paling benar "
setelah
memilih jalan fokuskan dan konsentrasikan pada pilihan hidup kita, pilihan jalan
kita, pilihan profesi kita, pilihan aktivitas kita, pilihan penghasilan kita,
dan pilihan bahagia kita. dengan inspirasi abadi dan panduan yang menerangi dan
selalu didepan, menjangkau lebih jauh dari pemikiran manusia.
3.2 Kesimpulan
Menjadi
pemulung bukan suatu pilihan tetapi merupakan sebuah proses.Dalam proses ini pengalaman
pengalaman sebelumnya turut memengaruhi pilihan seseorang untuk bergelut dengan
barang-barang bekas.Pekerjaan-pekerjaan sebelumnya, baik yang formal maupun
nonformal,dinilai tidak memberikan keuntungan ekonomi yang berlebih untuk dapat
memenuhi kebutuhan keluarganya.Demikian halnya dengan kebutuhan modal,risiko
kerugian, termasuk kerugian akibat penggusuran tempat tinggal,membuat pemulung
memilih untuk menggelandang agar kerugian tersebut tidak terulang kembali.Pada
gilirannya,pilihan menjadi pemulung lebih didasarkan pada keinginan untuk dapat
menjalani hidup secara bebas dan bekerja tidak di bawah tekanan,lepas dari kungkungan
kekuasaan orang lain yang dengan sesuka hati memerintah,mengawasi dan
memberikan target tertentu.Menjalani hidup sebagai pemulung bukanlah hal yang
mudah. Pekerjaan memulung membutuhkan kekuatan fisik, terutama bagi anak-anak yang
dilibatkan.Di samping itu,mereka harus mengenakan pakaian kumal, tak memiliki
jaminan kesehatan,tidur di emper atau gerobak,makan sebungkus nasi berdua di
dekat container sampah dan hidup tanpa teguran orang-orang di sekeliling mereka.
3.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
diajukan beberapa saran diantaranya untuk
pemerintah sebagai pemegang kebijakan dan akademisi sebagai
kaum intelektual.
Bagi pemerintah, perlu adanya kerjasama lintas pemerintah
desa, kecamatan, dan propinsi dan perhatian yang lebih kepada pemulung terkait
dengan masalah migrasi dan masalah
KTP Musiman yang selama ini kurang mengontrol keberadaan
pemulung di Desa
Kedaung. Mengingat isu yang saat ini sedang berkembang, maka
apabila hal ini tidak
segera di atasi, keadaan seperti ini dapat dimanfaatkan oleh
orang-orang yang tidak
bertanggungjawab. Pemerintah pun perlu membentuk organisasi
pemulung Desa
Kedaung untuk memudahkan kontrol terhadap mereka, serta
memudahkan komunikasi
antara pemulung dengan pihak di luar pemulung. Pemerintah,
baik pusat maupun
setempat, perlu menyalurkan program-program beasiswa sekolah
untuk diberikan
kepada anak-anak pemulung, dan sosialisasi adanya lembaga
kesehatan cuma-cuma
untuk meringankan beban hidup pemulung, khususnya pemulung
di Desa Kedaung
dengan kemudahan administrasi.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat perdesaan, baik di sektor
pertanian maupun di
sektor industri, baik industri kecil maupun industri
rumahtangga serta perbaikan pada
sistem agribisnis perlu diperhatikan dan dikaji secara
mendalam oleh pemerintah dan
akademisi.Untuk para akademisi, perlunya penelitian lebih
lanjut mengenai program
kesejahteraan yang lebih bersifat lokal dan spesifik jenis
pekerjaan, baik di daerah yang menjadi tujuan pemulung, maupun daeah asalnya.
Selain itu, perlunya program pemberdayaan yang melibatkan
seluruh aspek
masyarakat, pemerintah dan kalangan akademisi untuk
meningkatkan kemampuan
130
pemulung dalam hal mentalitas usaha dan hidup, serta
rohaninya untuk meningkatkan
kapabilitas diri pemulung dan kesejahteraannya.
Sebagai saran untuk penelitian lanjutan, aspek kepemilikan
tempat tinggal atau
rumah responden perlu dipertimbangkan dalam mengkaji
kesejahteraan pemulung.
Mengingat pemulung adalah migran, maka salah satu kriteria
ksesejahteraan menurut
BKKBN 2003 yaitu bagian terluas dari
ruangan bukan tanah, perlu untuk dicermati lagi.
Daftar
pustaka
Twikromo, Y.
Argo (1999) Pemulung Jalanan Yogyakarta. Yogyakarta: Media Presindo.
Valentine, C.
(1968) Culture and Poverty: Critique and Counter Proposal. Chicago: University
of
Chicago Press.
Warta Kota
(2005) ‘Masyarakat dan Aparat Pemerintah Sudah Tidak Peduli Lagi.’ Warta Kota 6
Juni.
Wirosardjono,
Soetjipto (1986) Gelandangan dan Pilihan Kebijaksanaan Pembangunan, dalam
Gelandangan :
Pandangan Ilmuan Sosial. Jakarta: LP3ES.
Wiroutomo,
Paulus (1994) Sosialisasi Keluarga dan Perubahan Sosial, Prisma No. 6 Tahun
1994.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar